Seperti teriris hati ini karena di tahun yang baru 
 tidak merasakan nuansa apapun kecuali sedih dan perih.... 
sepeninggalnya.
Baca: Baru di Tahun Pilu

Namun itu cerita lain. Pribadi. Disini saya ingin sedikit menggerutu tentang kontrasnya perayaan tahun baru 1 Muharram dengan 1 Masehi yang dalam kenyataannya Indonesia mayoritas berpenduduk Muslim. Sudah banyak kali sesungguhnya hal ini didengungkan oleh  orang-orang yang prihatin. Namun sejauh ini kemeriahan perayaan tahun baru 1 muharram tidak akan pernah sebanding dengan kemeriahan perayaan tahun baru Masehi yang notabene lebih bertendensi milik jemaat non Muslim.

Ada beberapa organisasi maupun instansi pemerintah yang sudah mulai menggalakkan perayaan tahun baru 1 Muharram dengan mengadakan acara atau program yang lebih mengarah kepada makna tahun baru itu sendiri, seperti doa bersama,  perlombaan-perlombaan yang bernuansa pendidikan dan lain-lain. Ini patut disyukuri karena cara perayaannya lebih sakral sehingga tidak menjadikannya sebagai ajang pelesetan untuk melekukan hal-hal yang menyimpang dari makna, tujuan perayaan maupun Standart Operating System yang ada (Al-Quran)

Perayaan tahun baru tepatnya kita jadikan sebagai moment untuk mengheningkan diri, mengingat-ingat dan mengobrak-abrik tumpukan catatan kemarin, mensortir dan kemudian menimbang berat mana hitam dengan putih dari prilaku kita selama setahun lalu.

Tapi anehnya, sangat banyak generasi kita yang tidak tahu-menahu eksistensi tahun baru 1 Muharram apalagi lantas merayakan sekaligus memetik hikmah dibaliknya, untuk apa, kenapa dan pada akhirnya bagaimana…. Bagi pribadi saya permasalahan ini tidak terlalu memeningkan karena dalam realitas perayaan tahun baru Masehi justru dirayakan dengan pelanggaran-pelanggaran hukum baik Undang-undang Negara maupun Agama.  Larinya kepada masalah kebiasaan nenek moyang kita yang tidak pernah merayakannya  hingga kemudian menjadi adat dan kebudayaan turun temurun dan lalu disakralkan menjadi suatu keharusan meski ini terkadang akan menjadi seperti beberapa contoh adat dan kebiasaan buruk pada beberapa jenis masyarakat dalam suku bangsa.

Merujuk kepada fatwa MUI yang mengharamkan memberi ucapan Selamat Natal kepada teman yang beragama Kristen, penyampaian ucapan Selamat Tahun Baru mungkin lebih bersifat umum dan netral. Tidak ada penekanan Haram.  Apapun keadaannya saya pribadi tidak lagi pernah  mengirim sms natal kepada beberapa gelintir teman akrab yang beragama Kristen. Oleh itu kali ini meski masih dalam nuansa rasa yang tengah sangat kehilangan sesorang, saya tak ingin ketinggalan. Tapi jauh sebelumnya saya mengutamakan untuk berucap ” Selamat Tahun Baru 1 Muharram 1430 Hijriyah” Semoga di  tahun yang baru anda mendapatkan sesuatu yang baru dan lebih baik dari tahun kemarin.

Berkurang sudah jatah usia kita. Semoga kita tidak saja menjadi tua dan mati tanpa pernah berbuat baik untuk diri dan sesama. “Selamat tahun Baru 1 Januari 2oo9”